Jumat, 22 September 2017

Doa itu... Milikku dan Semoga juga di miliki olehmu.

"Doa yang sama untukmu."

Seketika aku merasa bahwa atmosfer kamarku berubah menjadi sebegitu berwarnanya hanya karena membaca sebuah balasan pesan singkat darimu.

Tak begitu yakin,  tapi aku merasa ada selengkung senyum yang begitu saja terulas di bibirku.  Hatiku mencelos, seraya berucap amiin berkali,  menerjemahkan harap yang semoga juga jadi harapmu.

Seberapa lama ku diamkan getar?  Ku tutup rapat pintu rumahku tersebab tak ingin ada orang lain yang masuk.  Kecuali kamu. Saja.
 
Dan hari itu...  Setelah sekian lama menghilang bersama angin,  jejak kakimu seolah kembali tersampir di beranda lengkap dengan dedebuan yang sebenarnya tidak ku harapkan ada. 

Baru aku hendak bertanya tentang kabar.

Tapi seperti biasa.  Kita selalu saja menyukai topik lain, dan membahas persoalan yang entah temanya apa.

Sejujurnya aku selalu bingung dengan segala yang terjadi tentang kita.  Tapi aku terlalu menyukai keadaan ini. 

Aku menikmati setiap derap langkahmu yang seolah mendekat, namun kadang  sekaligus  menjauh sejauh-jauhnya.  Aku menyukai caramu memberi perhatian dengan tanpa memperhatikanku.  Iyah,  aku menyukai setiap getaran yang ku miliki yang entah kamupun memilikinya atau tidak.

Pernah aku sebegitu inginnya bertanya. Tentang kita.  Perihal rasa yang kian menjadi terka.  Tapi lagi.  Kembali ku bungkam segala kata....  Ku simpan segala hanya dalam tanya. 

Kamu yang tak pernah mau tahu.  Dan aku yang enggan untuk sekedar memberi tahu.

Sebegitu rumitnya kah kita?

Ahh tidak. Bukan kita. Mungkin  (hanya) aku.   Kenyataannya, mungkin kamu tak begitu perduli pada semua. Hanya membiarkan segalanya mengalir seadanya tanpa pernah ada pengusahaan.

Lalu aku harus apa?

Melepasmu pada sebuah kepasrahan?

Menunggu talinya mengikat pada yang sebenarnya sudah terikat?

Pada sebuah buku bernama takdir... Namaku dan namamu mungkin juga telah  terukir.Hanya saja kita tidak tahu.  Entah pada satu halaman yang sama.  Ataukah masing2 dari kita memiliki halaman yang berbeda dengan tokoh yang juga berbeda.

Tapi....

Bagaimanapun...  Aku akan tetap bersyukur sempat bertemu harap denganmu.  Aku bersyukur dengan segala kisah tak kasatmata yang sempat sedemikian jauh ku terka endingnya. Aku bersyukur karena Tuhan sebegitu baik-Nya memberi pelajaran. 


Lebih dari apapun,  aku teramat bersyukur dengan adanya dirimu sebagai pelengkap dalam cerita semuku. Lalu kamu? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TENTANG KITA

Kita tidak perlu menjelaskan kepada dunia bahwa kita dekat. Lebih dari satu dekade. Bukan waktu yang singkat untuk sebuah persahabatan. Mesk...