Jumat, 06 April 2018

Hari itu kamu bahkan menangis lebih kalut dariku. Aku sebenarnya tak paham. Bagaimana bisa aku yang patah, tapi justru kamu yang sampai berurai air mata.

Hingga detik berikutnya setelah segalanya hampir terlambat atau memang sudah benar-benar terlambat. Entahlah,  aku merasa telah menjadi manusia paling tak tahu diri karena telah dengan tega menyakiti hati perempuan selembut kamu.

15 menit lagi keretamu bahkan akan segera pergi. Dan lihatlah. Aku dengan segala ketidakberdayaanku juatru masih betah berguling-guling di atas tempat tidur. Sembari memandangi ruang percakapan terakhir kita via whatsshap. 

 Adalah seminggu yang lalu.  Ketika pesanmu tetiba saja masuk setelah beberapa bulan menghilang pasca tragedi patah hatiku atas pernikahan Risa dan Agung.

"Pengajuan beasiswa S2 ku di trima. Jogja. Minggu besok aku berangkat. " 

Tulismu. 

Semestinya aku bahagia bukan?  Aku tahu betul bagaimana kamu merancang mimpi-mimpi itu sejak lama. Tapi entah kenapa mendengar segalanya terwujud hatiku justru terasa sesak. Bukan, bukan karena tidak bahagia. Tentu saja. Hanya saja jarak itu yang membuatku tetiba saja menjadi begitu takut. Bagaimana jika selepas pergimu tak ada lagi yang mampu menyamankan aku seperti kamu melakukannya. Bagaimana jika kemudian kamu menemukan rumahmu terlebih dahulu?  Lalu kamu berhenti memedulikanku. 

Baiklah,  kamu boleh mengataiku egois. Memang. Setelah lama aku mencoba bungkam. Berusaha menutup diri dan berpura tidak mengetahui apa-apa tentang perasaanmu. Aku bahkan memutuskan untuk tidak membalas pesanmu saat itu.

 Dan Hari ini bisa-bisanya aku ingin sekali menghentikan kepergianmu, dengan alasan "perasaanku".  Hhhh... Dimana letak hati nuranimu arga. Rutukku.

Baiklah...  Kali ini mungkin aku yang mesti belajar untuk menjadi sekuat kamu. Berpura saja,  bahwa aku bahagia dengan keputusanmu. Hanya berpura. Yah...  Tidak ada salahnya bukan. Asal itu demi kebaikanmu.

"Congrats.  You get it.  Jaga diri baik-baik. Maap karena blm sempet temuin kamu. But I am proud of you and I am happy for you. Be succses. "
Send.

Hanya itu...  Iyah,  hanya itu yang detik ini berani ku utarakan untukmu. Selanjutnya kamu boleh menyebutku pengecut,  karena telah membiarkanmu pergi dengan segala ketidakpastian yang terjadi di antara kita.

Kamu. Pergilah. Usahakan saja apa-apa yang menjadi mimpimu. Pun aku,  akan terus belajar untuk lebih mengusahakan apa-apa yang memang sudah sepatutnya ku usahakan. Kamu misalnya.

Arghh...  Sudahlah. Aku tak mau lagi jadi laki-laki yang terlalu banyak menebar harap. Yang kemarin sudah cukup. Menyakitimu saja rasanya sudah menjadi balasan paling menyakitkan untukku. Kali ini Aku mau memperjuangkanmu. Sungguh. Tapi kurasa kamu tak perlu tahu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TENTANG KITA

Kita tidak perlu menjelaskan kepada dunia bahwa kita dekat. Lebih dari satu dekade. Bukan waktu yang singkat untuk sebuah persahabatan. Mesk...