Dengan tubuh yang masih berbalut mukena putih , gadis itu
kembali menengadah ke angkasa … menatap sang surya yang malu-malu bersembunyi
di balik merahnya mega , Senja …. Lirihnya pelan , ahh yah … lagi-lagi benda
berwarna orange itu menjadi saksi kegalauan hatinya . Entah apa …. Dia tak
begitu paham , yang dia tahu saat ini dia hanya ingin diam … bercerita dalam
senyap kepada sinar mentari yang kini mulai semakin padam .
Ada perasaan sakit yang tiba-tiba saja mencongkol hatinya ,
di tangannya kini tengah bertengger sebuah kertas yang di desain khusus dengan
nama sepasang anak manusia yang tak asing lagi di hidupnya . Laki-laki itu ,
bukankah beberapa tahun yang lalu ia telah dengan ikhlasnya melepaskan ?
Bukankah ia juga telah berjanji untuk tak lagi merasa sakit ? Tapi kenapa saat
ini hatinya justru terasa berbalik ? bahkan ada sebuah harapan kecil yang
menellisik sudut hatinya , agar namanya saja yang di sandingkan dengan nama
laki-laki itu di undangan ini.
Ohh ya Allah … sudah beberapa tahun berlalu , tapi kenapa ia
merasa bahwa luka yang di torehkan oleh laki-laki itu juga keluarganya masih
begitu basah ? Bukankah ia sudah berjanji untuk sungguh-sungguh memaapkan ?
Tapi kenapa mengingatnya masih terasa begitu sesak ? Bahkan untuk ssekedar menoleh
saja lehernya masih terasa begitu sakit
.Bukan karena keluarga laki-laki itu menolak kehadirannya kan ? Ini hanyalah
masalah takdir …. Mungkin Tuhan memang punya rencana lain yang lebih baik
untuknya .
Gadis itu kembali melirik undangan yang sudah di letakkannya
di atas meja , “ Tiara Putri Annisa “
nama yang indah , batinnya ….
Jadi seperti apa rupa
gadis yang sebentar lagi akan bersanding dengan laki-laki yang pernah menjadi
pujaan hatinya itu ? Mungkin secantik Ratu ellisabeth muda ? Mungkin gadis itu
putri dari seorang bangsawan atau mungkin juga putri seorang priyayi ternama di
tempatnya , sungguh jika memang seperti
itu , apalah lebih dirinya yang hanyalah anak dari seorang buruh tak
kasat mata . Mungkin tak cukup berharga ,
Ahhh tidak , sekali lagi ini hanyalah soal takdir . Hati
putihnya kembali mengingatkan ….
Setidaknya , ia perlu berterima kasih pada laki-laki itu .
Karena selain rasa sakit ia juga telah mengajarkan banyak hal padanya , salah
satunya adalah bagaimana cara bertahan
dengan sambil menahan perih.
Kehilangan laki-laki itu , membuatnya sadar akan sesuatu
…. Bahwa tak pernah ada cinta yang
hakiki , kecuali cinta yang di dasarkan atas sebuah ketakwaan . Mungkin dulu ia
terlalu mengelu-elukan perasaannya terhadap laki-laki itu ,hingga ia hampir
saja kehilangan cinta terhadap penciptanya . Sudah sepatutnya Tuhan membuatnya
terhempas , setidaknya kini ia bisa lebih focus belajar untuk mencintai
penciptanya terlebih dahulu , sebelum kemudian nanti menjatuhkan cintanya
kembali kepada manusia , tentu saja kali ini dengan kualitas diri yang lebih
baik .
Gadis itu kembali
memandang mega , kini ia tak perlu lagi melihatnya sembari menunduk . Bukankah
ia sudah belajar lebih tentang bagaimana cara menghadapi hidup ? tak perlu ada yang di takutkan , ia hanya
perlu menghadapi kenyataan dengan jauh lebih tabah , dengan lebih ikhlas .Gadis
itu tersenyum , kembali di tatapnya nama laki-laki dalam undangan tersebut
…tentu saja Kali ini dengan tanpa menahan getir , bukankah ia sudah berjanji untuk
lebih ikhlas ?Tuhan mungkin hanya ingin memberinya yang terbaik , di waktu dan
saat yang juga terbaik,tentu saja . ia hanya perlu lebih bersabar ….batinnya.