Sabtu, 17 Desember 2016

KARTU UNDANGAN



Dengan tubuh yang masih berbalut mukena putih , gadis itu kembali menengadah ke angkasa … menatap sang surya yang malu-malu bersembunyi di balik merahnya mega , Senja …. Lirihnya pelan , ahh yah … lagi-lagi benda berwarna orange itu menjadi saksi kegalauan hatinya . Entah apa …. Dia tak begitu paham , yang dia tahu saat ini dia hanya ingin diam … bercerita dalam senyap kepada sinar mentari yang kini mulai semakin padam .

Ada perasaan sakit yang tiba-tiba saja mencongkol hatinya , di tangannya kini tengah bertengger sebuah kertas yang di desain khusus dengan nama sepasang anak manusia yang tak asing lagi di hidupnya . Laki-laki itu , bukankah beberapa tahun yang lalu ia telah dengan ikhlasnya melepaskan ? Bukankah ia juga telah berjanji untuk tak lagi merasa sakit ? Tapi kenapa saat ini hatinya justru terasa berbalik ? bahkan ada sebuah harapan kecil yang menellisik sudut hatinya , agar namanya saja yang di sandingkan dengan nama laki-laki itu di undangan ini. 

Ohh ya Allah … sudah beberapa tahun berlalu , tapi kenapa ia merasa bahwa luka yang di torehkan oleh laki-laki itu juga keluarganya masih begitu basah ? Bukankah ia sudah berjanji untuk sungguh-sungguh memaapkan ? Tapi kenapa mengingatnya masih terasa begitu sesak ? Bahkan untuk ssekedar menoleh saja  lehernya masih terasa begitu sakit .Bukan karena keluarga laki-laki itu menolak kehadirannya kan ? Ini hanyalah masalah takdir …. Mungkin Tuhan memang punya rencana lain yang lebih baik untuknya .

Gadis itu kembali melirik undangan yang sudah di letakkannya di atas meja ,  “ Tiara Putri Annisa “ nama yang indah , batinnya …. 

Jadi seperti  apa rupa gadis yang sebentar lagi akan bersanding dengan laki-laki yang pernah menjadi pujaan hatinya itu ? Mungkin secantik Ratu ellisabeth muda ? Mungkin gadis itu putri dari seorang bangsawan atau mungkin juga putri seorang priyayi ternama di tempatnya , sungguh jika memang seperti  itu , apalah lebih dirinya yang hanyalah anak dari seorang buruh tak kasat mata . Mungkin tak cukup berharga , 

Ahhh tidak , sekali lagi ini hanyalah soal takdir . Hati putihnya kembali mengingatkan ….

Setidaknya , ia perlu berterima kasih pada laki-laki itu . Karena selain rasa sakit ia juga telah mengajarkan banyak hal padanya , salah satunya adalah bagaimana cara bertahan  dengan sambil menahan perih.

Kehilangan laki-laki itu , membuatnya sadar akan sesuatu ….  Bahwa tak pernah ada cinta yang hakiki , kecuali cinta yang di dasarkan atas sebuah ketakwaan . Mungkin dulu ia terlalu mengelu-elukan perasaannya terhadap laki-laki itu ,hingga ia hampir saja kehilangan cinta terhadap penciptanya . Sudah sepatutnya Tuhan membuatnya terhempas , setidaknya kini ia bisa lebih focus belajar untuk mencintai penciptanya terlebih dahulu , sebelum kemudian nanti menjatuhkan cintanya kembali kepada manusia , tentu saja kali ini dengan kualitas diri yang lebih baik .


Gadis  itu kembali memandang mega , kini ia tak perlu lagi melihatnya sembari menunduk . Bukankah ia sudah belajar lebih tentang bagaimana cara menghadapi hidup ?  tak perlu ada yang di takutkan , ia hanya perlu menghadapi kenyataan dengan jauh lebih tabah , dengan lebih ikhlas .Gadis itu tersenyum , kembali di tatapnya nama laki-laki dalam undangan tersebut …tentu saja Kali ini dengan tanpa menahan getir , bukankah ia sudah berjanji untuk lebih ikhlas ?Tuhan mungkin hanya ingin memberinya yang terbaik , di waktu dan saat yang juga terbaik,tentu saja . ia hanya perlu lebih bersabar ….batinnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TENTANG KITA

Kita tidak perlu menjelaskan kepada dunia bahwa kita dekat. Lebih dari satu dekade. Bukan waktu yang singkat untuk sebuah persahabatan. Mesk...