Kali ini kita sepakat untuk membiarkan waktu menjawab
tentang apa yang sempat kita pertanyakan pada takdir .
Menunggu dengan lapang satu persatu titik yang tergambar
menyatu hingga membentuk sebuah garis pertemuan .
Aku dan kamu …. Bukankah kita sama-sama sedang menunggu
sebuah waktu dimana doamu dan doaku terjawab dalam waktu yang bersamaan ? saat aku dan kamu di takdirkan untuk menjadi
KITA ,
Kamu pernah bertanya bukan tentang keinginan terbesar dalam
hidupku ?
Saat itu aku hanya diam … tersenyum , bingung untuk menjawab
. Bagaimana mungkin aku dapat berkata
terang-terangan di hadapannmu … bahwa sebenarnya keinginan terbesarku adalah
menjadi bagian dari mimpimu yang di nyatakan oleh Tuhan . Kau tahu aku tak
pernah benar-benar dapat segamblang itu di hadapanmu .
Beberapa pertemuan kita bahkan di habiskan untuk saling
tertunduk sembari menyimpan senyum dalam malu , sama sepertiku … kamupun begitu
. Aku tak menemukan kekonyolan seperti yang selalu kau tuliskan dalam
percakapan kita di ruang bernama maya . Kamu lebih banyak diam …. , entah karena menyimak celotehku atau memang
sengaja menutupi gugup yang diam-diam juga berkecamuk di hatimu .
Yah … kali ini ku rasa kita benar-benar sepakat menyimpan
rapi semuanya hanya dalam harap , pada-Nya .
membaurkan setiap rindu pada seuntai doa yang terapal dalam sujud-sujud
panjang kita .
Kamu dan aku …. Bukankah kita sama-sama sepakat untuk
mengharap hanya Ridho-Nya ? Jadi mestinya tak apa jika untuk sementara, kita
sama-sama menyembunyikan getar , untuk sementara saja berpura-pura tidak tahu
jika kita saling merindu , saling
menunggu . Tak apa untuk sementara saja kita menikmati tari di bawah nyanyian
gerimis ….. , sementara Tuhan menyiapkan pelangi terindahnya untuk nanti kita nikmati bersama di bawah semburat
cakrawala , tak apa …. Untuk sementara saja , berpura-puralah bahwa kita
menikmatinya .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar