Jumat, 15 Desember 2017

Kadang

Kadang kita di paksa untuk memiliki hati yang lebih kuat dari karang.  Agar tak mudah roboh ketika di terjang. Agar bisa tetap berdiri meski tengah kelelahan.

Kadang kita di paksa untuk tetap tidak merasakan apa-apa meski luka tengah di siram oleh cuka. 

Di paksa untuk tetap menjaga perasaan orang lain, sementara sebenarnya kita  sendiri sedang sebegitu ketar ketirnya memperbaiki perasaan.

Tapi kita mesti saja melakukan.

Pura-pura baik-baik saja. Pura-pura bahwa tidak ada apa-apa. Pura-pura bahwa segala yang menyakiti hanyalah sekelebat angin yang lewat dan tak pernah menyisa gersang.

Mereka bilang hidup adalah panggung sandiwara tempat dimana kita mesti pandai-pandai bermain peran. Tapi kita paham. Bahwa tidak semua orang terlahir dengan bakat acting yang baik.

Ada saat dimana ketika segala berkecamuk dengan sedemikian kalut. Ketika ada banyak hal yang berkelindan di kepala dan kita tidak bisa mengungkapkan apa-apa.

Kita berusaha menjadi yang sedemikian hebat menutup. Berusaha tersenyum. Sementara mata tengah bersusah payah membendung.

Tidak apa bukan jika sesekali kita ingin sekali menangis?  

Menumpahkan segala.  Melepaskan apa yang tersimpan. Menguarkan segala sesak pun membiarkan segalanya berpendar bersama tetesan embun yang jatuh dari kelopak mata. 


Dengan begitu mungkin  hati kita akan terasa lebih ringan.  mampu tumbuh semakin menguat. Tidak akan lemah lagi. Tidak akan terlalu perasa lagi. Tidak akan kalut lagi. Semoga. 


_AidaFitri_


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TENTANG KITA

Kita tidak perlu menjelaskan kepada dunia bahwa kita dekat. Lebih dari satu dekade. Bukan waktu yang singkat untuk sebuah persahabatan. Mesk...