Selasa, 04 April 2017

LELAKI dan PEREMPUAN ( pergi)




"Maap..."  Laki-laki itu menunduk, perempuan mengerutkan keningnya.

"Untuk?? "

" Harapan yang terlanjur kamu rasa,  dan aku belum bisa memenuhinya. " Suara lelaki melemah,  merasa bersalah.  Perempuan tersenyum.

" Tidak perlu minta maap,  bukan salahmu.  Aku yang berharap,  itu artinya aku yang bertanggung jawab atas perasaan itu. Karena aku sendiri yang membiarkannya tumbuh kan?" Lelaki menatap nanar ke arah perempuan,  sementara perempuan di hadapannya masih terus saja tersenyum.  Pura-pura tegar.  Dia tahu perempuan tidak sekuat itu.  Dia hanya berusaha menyimpan dan menyembunyikan.  Bahkan sikapnya yang seperti ini justru membuat lelaki jadi semakin merasa bersalah.

"Kamu terlalu baik untuk di sakiti. "ucap lelaki

" Aku tidak pernah merasa tersakiti. Percayalah. "

" Aku tahu kamu tidak baik-baik saja seperti kelihatannya.  Kamu bahkan sempat menghilang beberapa waktu kemarin.  Itu artinya kamu terluka. "

"Aku hanya perlu sedikit waktu untuk memberi jeda pada hatiku untuk kembali bersih."

"Sekarang sudah bersih?"

"Aku berada disini,  itu artinya aku sudah melepaskan semuanya. Termasuk perasaanku. Yang kemarin kamu berikan itu bukan luka. Tapi pelajaran.  Memang tidak semestinya kan kita berharap pada manusia? " lelaki mengangguk.

" Jadi... yasudahlah,  yang perlu kita lakukan sekarang hanyalah menjalani hidup kita dengan lebih baik."

"Apa harus dengan cara pindah kota? " Perempuan tersedak,  cappucino yang baru saja di teguknya tetiba terasa tercekat di pangkal kerongkongan.

" Yayu memberitahuku. " Lanjut lelaki,  sembari meneguk kopi hitamnya hingga tandas.

"Ini hanya salah satu jalan untuk mewujudkan mimpiku,  sama sekali tidak ada kaitannya dengan kita."

"Ku pikir kita bisa memulai semua dari awal. "

Perempuan terdiam,  matanya menerawang ke luar jendela. Entah dengan pikirannya.

" Jika di beri kesempatan,  aku ingin bertanggung jawab membereskan hatimu yang sempat ku buat berantakan. "

"Tidak perlu repot-repot.  Kamu tahu aku bukan wanita sepert itu.  Aku bisa melakukannya sendiri."

"Tidak ada kesempatan yah?"

"Tidak akan ada yang tidak mungkin bagi-Nya,  hanya saja untuk saat ini Dia mungkin belum lagi membukakan kesempatan itu. Aku sudah kapok dengan segala pengharapan terhadap manusia.  Jadi jika kamu ingin lagi kesempatan,  cukup minta bukakan jalan pada-Nya.  Bukankah dia yang maha pembolak balik hati? " Laki-laki mengangguk seraya melirik jam di tangannya.

" Tiga puluh menit lagi keretanya tiba yah,  mau aku antar sampai di stasiun? "

" Terimakasih.  Sepertinya tidak perlu.  Aku sudah memesan taksi. "

" Terimakasih. "Ucap lelaki tulus

" Untuk? "

"  Waktu dan maap darimu. "Perempuan kembali tersenyum,  ahhh rasanya hari ini dia terlalu banyak tersenyum. Tapi begitulah,  terkadang tersenyum memang menjadi cara paling ampuh untuk menyembunyikan luka dan mengatakan pada dunia bahwa dia baik-baik saja.

" Aku Pamit. Asalamualaikum. "

Lelaki mengangguk seraya menjawab salam dengan lirih.  Ada butiran bening yang mengambang di pelupuk matanya.  Tapi berusaha ia tahan.  Ahh...bahkan dirinyalah yang telah menyebabkan perempuan baik itu pergi.  Kehilangan ternyata jauh lebih tegas dari penjelasan apapun mengenai perasaan.  Kenapa baru di sadarinya sekarang.  Setelah dia membuat perempuan itu patah, dan menjelma menjadi sosok yang begitu kuat dan sulit tertembus.

Sementara di dalam taksi,  perempuan tengah sibuk menyeka air matanya,  sambil terus berusaha tersenyum menahan sesak.  Seperti ada sembilu.  Kali ini bahkan terasa jauh lebih sesak dari ketika dia mengetahui bahwa lelaki yang pernah menjadi harapannya itu ternyata punya hobby menebar buih-buih harapan pada banyak perempuan. Mungkin dengan begini mereka bisa sama-sama untuk belajar. Saling melepaskan mungkin lebih baik daripada terus bersama untuk terus saling merasa tersakiti.  Ahh yah, bukankah janji-Nya adalah pasti.  Jika memang berjodoh,  pasti akan kembali di satukan. Bisiknya dalam hati.





_AidaFitri_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TENTANG KITA

Kita tidak perlu menjelaskan kepada dunia bahwa kita dekat. Lebih dari satu dekade. Bukan waktu yang singkat untuk sebuah persahabatan. Mesk...